20130221

日本史を知りましょう!! Part 1

1.       Gundukan kerang
Pada mulanya Kepulauan Jepang menyatu dengan daratan Asia, namun kemudian sejak kira-kira 10.000 tahun yang laulu bentuknya berubah menjadi seperti sekarang. Orang-orang yang tinggal di sini pada saat itu adalah nenek moyang orang Jepang, namun dari mana datangnya orang itu, belum diketahui. Orang-orang pada masa ini tinggal berkelompok di rumah-rumah yang terletak di tanah agak tinggi, dan menjalani kehidupan dengan berburu, menangkap ikan, dan mengumpulkan tanaman. Rumah dibuat dengan cara mendirikan tiang di lubang dangkal yang mereka gali, dengan rumput sebagai atapnya (Teteanashikijukyo). Mereka membuang kulit kerang setelah makan ke tempat yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Gundukan kerang itu sampai sekarang pun masih tersisa dimana-mana. Karena kemudian ditemukan perkakas batu dan tembikar bermotif tambang dari gundukan kerang tersebut, maka situasi kehidupan pada masa itupun dapat diketahui.
Manusia pada masa itu percaya akan adanya roh dalam batu, pohon, binatang, dan semua benda-benda yang ada di alam (animisme). Karena takut akan roh-roh tersebut, maka mereka pun mengucapkan mantera-mantera untuk menenangkan roh-roh itu dan memohon untuk kehidupan yang aman. Jaman ini berlangsung selama kira-kira 8.000 tahun sejak 10.000 tahun yang lalu. Jaman ini disebut Jaman Jyomon Shikidoki (tembikar gaya Jyomon).

2.   Mulainya Pertanian
Memasuki abad ke-3 sebelum Masehi, dimulailah pertanian yang memakai perkakas logam, yaitu; besi dan perunggu. Teknik perkakas-perkakas ini dibawa dari daratan Cina. Situasi pertanian pada masa itu diketahui dari gambar yang terdapat di lonceng perunggu. Lonceng perunggu ini adalah peninggalan yang banyak di temukan dari jaman ini dan diperkirakan sebagai barang yang dipakai pada saat upacara-upacara.
Untuk bertani, orang-orang mulai tinggal di daratan rendah dan membentuk desa. Peninggalan Toro (Shizuoka) yang memberitahukan pada jaman itu, menunjukan adanya peninggalan tempat tinggal dan sawah, selain itu peninggalan lumbung panggung yang tidak dapat dimasuki tikus serta perkakas tani dari kayu pun masih tertinggal. Perkakas pada masa itu bentuknya telah berubah menjadi lebih kuat dan lebih baik dari jaman sebelumnya. Perkakas-perkakas tersebut pertama kali ditemukan di Yayoi-cho, Bunkyo-ku (Kota Tokyo). Disebut perkakas gaya Yayoi, karena itu pula maka jaman sejak abad ke-3 sebelum masehi sampai kira-kira 600 tahun sesudahya disebut jaman Yayoi.

3.     Himiko
Memasuki abad 1-3 Masehi, pertanian bertambah maju, desa pun bertambah besar, sehingga dapat disebut sebagai kerajaan kecil. Kemudian, pemimpin yang berkuasa menjadi raja dikerajaan tersebut, raja yang kuat menguasai raja yang lemah,lalu membuat kerajaan yang lebih besar. Menurut buku sejarah kuno Cina abad ke -1 yang disebut Gokanjou (kitab sejarah dinasti Han) diketahui bahwa telah datang utusan dari negara Wajin (orang Wa/orang jepang) dan Kaisar dari Dinasti Han telah memberikan stempel emas kepadanya. Kira-kira pada 200 tahun yang lalu di propinsi Fukuoka, ada seorang petani yang secara kebetulan menemukan stempel dari emas dari dalam tanah. Di stempel tersebut terukir kata Kannowanonanokokuo, yang artinya kurang lebih raja dari negeri Wa yang berasal dari dinasti Han. Kerajaan ini adalah kerajaan kecil yamg diperkirakaan berada didekat Hakata (kota fukuoka).
            Situasi setelah itu ada ditemukanya buku sejarah kuno Cina yang disebut Gishi (catatan dari kerajaan Wei) yang didalamya tertulis tentang hikayat orang Wa (Wajinden) secara terperinci. Menurut buku tersebut negeri wajin terbagi menjadi kira-kira 30 kerajaan-kerajaan kecil. Diantaranya yang terkuat adalah kerajaan Yamatai dengan Himiko sebagai ratunya.

Penyatuan oleh Ratu Himiko
Sampai abad kedua atau ketiga sebelum masehi orang zaman Neolitikum di Jepang menggunakan alat-alat dari batu dan tembikar jenis Jomon. Kemudian datang jaman perunggu dari Asia pada jaman ini ditemukan juga tembikar jenis Yayoi di Kyushu. Yayoi berkembang dibawah pengaruh Korea dan lambat laun tersebar ke Timur sehingga pada akhirya tembikar menggantikan barang pecah-belah Jomon sebagai perabot rumah tangga sehari-hari. Orang-orang yang tinggal didaerah yang tinggi dan kering turun ke daerah rendah dan basah untuk mengolah tanah endapan untuk menyesuaikan diri, mereka mempunyai kelompok–kelompok pertalian darah yang disebut Uji. Pemerintahan sebuah Uji atau suatu Federasi atau gabungan kecil beberapa uji disebut Kuni atau negeri bagian.
Masuknya kebudayaan perunggu menimbulkan konformasi yang nyata antara lingkungan pengaruh budaya-agama yang berbeda. Berpusat di Kyushu bagian utara dicirikan pemakaian pedang atau Halberd (yaitu senjata yang digunakan pada jaman perang), di daerah Kinai (Nara-Kyoto) menggunakan Dotako (benda perunggu berbentuk bel/lonceng). Menurut Wei-chih Wojen-ch’uan ada yang disebut negara Wa yang ibu kotanya di Yamatai. Untuk mencapai negara itu dari Kyusu orang harus menempuh lima ribu li jalur pelayaran jalan satu-satunya melalui lalu lintas laut pedalaman (Seto Naikai). Dengan kesimpulan daerah tersebut kini disebut wilayah Nara.
Dalam bahasa Jepang kuno kaisar disebut suberagi atau suberogi, artinya “raja yang menyatukan” (Suburu kimi). Suatu negara yang dipersatukan seperti itu disebut (Togo kokka), karena Yamatai terdiri dari beberapa kelompok uji (ujizoku) patutlah disebut sebuah “bangsa yang terdiri dari kelompok-kelompok uji yang dipersatukan” (ujizoku teki togo kokka). Secara teotistis masyarakat kuno berada di bawah kekuasaan dewa-dewa. Karena kehendak dewa-dewa itu mutlak, maka orang yang dipakai untuk meneruskan kehendak dewa tersebut yaitu untuk menguasai para anggota uji dan budak-budak, hanya pemimpin Uji yang mempunyai hak untuk memuji (matsuru) dan menyampaikan (noru) kehendak dewa. Dewa pengawal pelindung uji disebut ujigami. Di dalam Wei-chih Wojen-ch’uan bahwa “Himiko benar-benar mengetahui dunia halus dan dapat mempesonakan orang-orang”. Pemerintahan wanita bukanlah suatu hal yang tidak biasa pada zaman kuno, kenyataan bahwa “Ameterasu-omikami”, nenek moyang keluarga kerajaan adalah sesungguhnya seorang dewi. Matsuri (pemujaan) sebenarnya “melayani dewi-dewi dan mengetahui kehendak mereka.
Terdapat dua istilah yang dapat menunjukkan “menguasai” pada zaman Kuno, yaitu, Shiru yang dimaksudkan untuk menyatakan pengawasan yang diselenggarakan oleh anggota uji kepada kekuasaan agama mereka, yang kedua adalah suburu yaitu suatu cara uji untuk menguasai uji yang lain. Dalam pemerintahan Himiko, kekuasaan untuk memerintah dipegang oleh saudara laki-lakinya. Situasi Himiko ini sebenarnya tidaklah unik, bahkan mencerminkan kebiasaan umum pada kalangan pemimpin uji, kebiasaan ini merupakan suatu tradisi bahwa kaisar Jepang tidak langsung melaksanakan tugas kepemerintahan.
Penyatuan oleh Kaisar Sujin
Himiko wafat pada pertengahan abad ketiga, kemudian digantikan oleh seorang wanita suku Chan bernama Toyo. Yamatai mencapai kedudukan yang unggul di antara negeri yang lain. Setelah runtuhnya dinasti Han ketiga negara yaitu Wei, Wu, Shu saling bersengketa untuk menguasai kawasan-kawasan. Akhirnya pengaruh Yamatai berkurang dibawah Toyo. Tak lama kemudian Yamatai diserang dari kekuasaan dari Utara Kyusu dalam buku sejarah Jepang yaitu Nihonshoki dan Kojiki disusun dalam abad kedelapan, penguasa ini dikenal sebagai Sujin Kaisar Jepang yang kesepuluh. Menurut Nihon Shoki dan kojiki kaisar pertama bernama Jinmu; Ia lah yang mengirim suatu ekpedisi dari kyushu ketimur dan naik tahta pada tahun 660 SM. Tidaklah diragukan bahwa memang terjadi ekspedisi itu dipimpin oleh Sujin bukan Jinmu. Sebenarnya Sijun itu adalah kaisar pertama.
“Toyosuki-iri-hime-no-mikoto”,yang dikatakan sebagai anak perempuan Sujin sebenarnmya adalah Toyo yang kalah. “Yamato-totohi-momoso-hime-no-mikoto”, yang dikatakan sebagai bibi kaisar adalah sangat mungkin Himiko yang telah wafat.. Bagaimanapun juga Sujin menyimpan cermin suci milik keluarga kerajaan yang merupakan salah satu dari tiga harta pusaka kerajaan. Orang beranggapan pendekatan Sujin kekerajaan ditiru oleh tiap kaisar baru. Anak kaisar yang kesebelas (Kaisar Suinin) yaitu “Yamato-hime-no-mikoto”, membawa cermin kudus melalui”Omi”dan “Mino” ketepi sungai Isuzu di Ise. dan disitulah cermin itu disimpan selama-lamanya.
Peninggalan Istana Ratu Himiko Ditemukan di Prefektur Nara
Dewan Pendidikan Prefektur Nara Selasa mengumumkan, sejumlah ahli arkeologi telah menjelaskan bahwa Himiko atau Pimiko adalah seorang penyihir berkekuatan hebat pada masa kuno Yamataikoku Wa (Jepang). Awal dinasti cina anak sungai kronik sejarah hubungan antara Ratu Himiko dan Kerajaan Cao Wei (220-265), dan mencatat bahwa periode Yayoi orang memilih dia sebagai penguasa dekade berikutnya peperangan di antara raja-raja Wa. Awal sejarah Jepang tidak menyebutkan Himiko, tapi sejarawan mengasosiasikan dirinya dengan tokoh-tokoh legendaris seperti Ratu Permaisuri Jingū, yang adalah Bupati (ca. 200-269) di zaman kira-kira sama seperti Himiko. Ilmiah perdebatan mengenai identitas dan lokasi Himiko-nya domain Yamatai telah berlangsung sejak akhir zaman Edo, dengan pendapat dibagi antara Kyushu utara atau provinsi Yamato tradisional saat ini Kinki. "The Yamatai kontroversi", menulis Keiji Imamura (1996:188), adalah "perdebatan terbesar sejarah kuno Jepang." menemukan peninggalan bangunan yang diduga merupakan istana yang dahulunya dihuni oleh Ratu Himiko.
Bangunan berukuran 238 meter persegi itu ditemukan diantara reruntuhan Makimuku di kota Sakurai, Nara. Menurut buku-buku sejarah Cina, Ratu Himiko memimpin Jepang selama masa Kerajaan Yamatai pada awal abad ke-2, dan meninggal pada tahun 248 setelah Masehi.

4.     Kofun
Zaman Kofun (古墳時代, kofun jidai) adalah salah satu zaman dalam pembagian periode sejarah Jepang yang dimulai pada pertengahan-akhir abad ke-3 sampai sekitar abad ke-7. Pada buku sejarah tempo dulu, zaman Kofun dan zaman Asuka pernah disatukan menjadi zaman Yamato, tapi dalam buku sejarah modern kedua zaman ini dianggap sebagai dua zaman yang terpisah. Kofun adalah makam kaisar atau bangsawan dengan tanah yang dibuat membukit yang menempati lokasi yang berbentuk perpaduan lingkaran dan persegi empat seperti lubang kunci. Ciri khas zaman Kofun adalah pembangunan Kofun secara terus menerus selama 300 tahun di banyak tempat di Jepang.
Pada zaman Kofun terjadi berkali-kali perang perebutan kekuasaan yang sengit, berbagai macam cara kotor, tipu muslihat dan strategi digunakan untuk dapat berkuasa. Calon penguasa yang merasa lebih kuat tanpa ragu-ragu menyingkirkan semua penghalang termasuk membunuh saudara tiri atau saudara kandung. Pada zaman Kofun teknik irigasi untuk pengairan sawah berkembang dengan pesat.

5.     Horyuji
Kuil Horyuji adalah sebuah kuil tertua di jepang yang di bangun pada tahun 607. Horyuji dibangun oleh pangeran shotoku untuk mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Horyu-ji (kuil pengembangan hukum) adalah sebuah kuil Buddha di Ikaruga, Prefektur Nara, Jepang. Nama lengkap adalah Horyu Gakumonji, statusnya merangkap sebagai seminari dan biara. Kuil ini awalnya dibangun oleh Pangeran Shōtoku, pada saat itu disebut Ikaruga-dera, nama yang masih kadang-kadang digunakan. Horyu-ji  di dedikasikan untuk Yakushi Nyorai, Sang Buddha penyembuhan dan untuk menghormati ayah sang pangeran.

Pembagian Wilayah
Candi ini terdiri dari dua wilayah, Sai-in di barat dan To-in di timur. Bagian barat candi berisi Kondō (Golden Hall) dan lima pagoda candi. Untuk di daerah To-in terdapat Yumedono Hall oktagonal (Hall of Dreams) dan duduk 122 meter sebelah timur Sai-in. Kompleks ini juga mengandung perempat biksu, ruang kuliah, perpustakaan, dan ruang makan.

Pagoda
Pagoda lima lantai, yang terletak di daerah Sai-in, berdiri di 32,45 meter (122 kaki) dan sekitar 20 x 20 lebar dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua di dunia. Di dasar pilar, diabadikan fragmen tulang Buddha . Walaupun pagoda  bertingkat lima, tidak berfungsi seperti dulu, tetapi memungkinkan orang untuk naik di dalamnya dan  menginspirasi orang dengan pandangan eksternal.

Kondo
Kondō, terletak bersebelahan dengan Pagoda lima lantai di Sai-in, dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia. Aulanya 18,5 x 15,2 meter. Ruanganya memiliki dua lantai, dengan atap melengkung di sudut-sudut tetapi hanya cerita pertama memiliki atap ganda (mokoshi)..

Yumendo
Yumedono adalah salah satu konstruksi utama dalam To-in, dibangun di atas tanah yang dulunya istana pribadi Pangeran Shōtoku's, Ikaruga Miya no. Gedung ini dibangun pada tahun 739 untuk meredakan semangat Pangeran. Aula sudah dikenal saat itu pada periode Heian, setelah sebuah legenda yang mengatakan bahwa seorang Buddha tiba sebagai Pangeran Shōtoku dan bersemedi di sebuah aula yang ada di sini.












Taken from: 
Makalah
日本史



Disusun oleh:
Dede Setiawan (1000999)
Dita Sartika (1000302)
Frina Utami (1000061)
Mustofa (1000998)
Siti Aisah (1001009)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar