1.
Gundukan
kerang
Pada mulanya Kepulauan
Jepang menyatu dengan daratan Asia, namun kemudian sejak kira-kira 10.000 tahun
yang laulu bentuknya berubah menjadi seperti sekarang. Orang-orang yang tinggal
di sini pada saat itu adalah nenek moyang orang Jepang, namun dari mana
datangnya orang itu, belum diketahui. Orang-orang pada masa ini tinggal
berkelompok di rumah-rumah yang terletak di tanah agak tinggi, dan menjalani
kehidupan dengan berburu, menangkap ikan, dan mengumpulkan tanaman. Rumah
dibuat dengan cara mendirikan tiang di lubang dangkal yang mereka gali, dengan
rumput sebagai atapnya (Teteanashikijukyo). Mereka membuang kulit kerang
setelah makan ke tempat yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Gundukan
kerang itu sampai sekarang pun masih tersisa dimana-mana. Karena kemudian
ditemukan perkakas batu dan tembikar bermotif tambang dari gundukan kerang
tersebut, maka situasi kehidupan pada masa itupun dapat diketahui.
Manusia pada masa itu
percaya akan adanya roh dalam batu, pohon, binatang, dan semua benda-benda yang
ada di alam (animisme). Karena takut akan roh-roh tersebut, maka mereka pun
mengucapkan mantera-mantera untuk menenangkan roh-roh itu dan memohon untuk
kehidupan yang aman. Jaman ini berlangsung selama kira-kira 8.000 tahun sejak
10.000 tahun yang lalu. Jaman ini disebut Jaman Jyomon Shikidoki (tembikar gaya
Jyomon).
2. Mulainya Pertanian
Memasuki abad ke-3
sebelum Masehi, dimulailah pertanian yang memakai perkakas logam, yaitu; besi
dan perunggu. Teknik perkakas-perkakas ini dibawa dari daratan Cina. Situasi
pertanian pada masa itu diketahui
dari gambar yang terdapat di lonceng perunggu. Lonceng perunggu ini adalah
peninggalan yang banyak di temukan dari jaman ini dan diperkirakan sebagai
barang yang dipakai pada saat upacara-upacara.
Untuk bertani,
orang-orang mulai tinggal di daratan rendah dan membentuk desa. Peninggalan
Toro (Shizuoka) yang memberitahukan pada jaman itu, menunjukan adanya
peninggalan tempat tinggal
dan sawah, selain itu peninggalan lumbung panggung yang tidak dapat dimasuki
tikus serta perkakas tani dari kayu pun masih tertinggal. Perkakas pada masa
itu bentuknya telah berubah menjadi lebih kuat dan lebih baik dari jaman
sebelumnya. Perkakas-perkakas tersebut pertama kali ditemukan di Yayoi-cho,
Bunkyo-ku (Kota Tokyo). Disebut perkakas gaya Yayoi, karena itu pula maka jaman
sejak abad ke-3 sebelum masehi sampai kira-kira 600 tahun sesudahya disebut
jaman Yayoi.
3. Himiko
Memasuki
abad 1-3 Masehi, pertanian bertambah maju, desa pun bertambah besar, sehingga
dapat disebut sebagai kerajaan kecil. Kemudian, pemimpin yang berkuasa menjadi
raja dikerajaan tersebut, raja yang kuat menguasai raja yang lemah,lalu membuat
kerajaan yang lebih besar. Menurut buku sejarah kuno Cina abad ke -1 yang
disebut Gokanjou (kitab sejarah dinasti Han) diketahui bahwa telah
datang utusan dari negara Wajin (orang Wa/orang jepang) dan Kaisar dari Dinasti
Han telah memberikan stempel emas kepadanya. Kira-kira pada 200 tahun yang lalu
di propinsi Fukuoka, ada seorang petani yang secara kebetulan menemukan stempel
dari emas dari dalam tanah. Di stempel tersebut terukir kata Kannowanonanokokuo,
yang artinya kurang lebih raja dari negeri Wa yang berasal dari dinasti Han.
Kerajaan ini adalah kerajaan kecil yamg diperkirakaan berada didekat Hakata
(kota fukuoka).
Situasi setelah itu ada ditemukanya
buku sejarah kuno Cina yang disebut Gishi (catatan dari kerajaan Wei)
yang didalamya tertulis tentang hikayat orang Wa (Wajinden) secara
terperinci. Menurut buku tersebut negeri wajin terbagi menjadi kira-kira 30
kerajaan-kerajaan kecil. Diantaranya yang terkuat adalah kerajaan Yamatai
dengan Himiko sebagai ratunya.
Penyatuan oleh Ratu Himiko
Sampai abad kedua atau ketiga sebelum masehi
orang zaman Neolitikum di Jepang menggunakan alat-alat dari batu dan tembikar
jenis Jomon. Kemudian datang jaman perunggu dari Asia pada jaman ini ditemukan
juga tembikar jenis Yayoi di Kyushu. Yayoi berkembang dibawah pengaruh Korea
dan lambat laun tersebar ke Timur sehingga pada akhirya tembikar menggantikan
barang pecah-belah Jomon sebagai perabot rumah tangga sehari-hari. Orang-orang
yang tinggal didaerah yang tinggi dan kering turun ke daerah rendah dan basah
untuk mengolah tanah endapan untuk menyesuaikan diri, mereka mempunyai
kelompok–kelompok pertalian darah yang disebut Uji. Pemerintahan
sebuah Uji atau suatu Federasi atau gabungan kecil beberapa uji
disebut Kuni atau negeri bagian.
Masuknya kebudayaan perunggu menimbulkan konformasi yang nyata antara
lingkungan pengaruh budaya-agama yang berbeda. Berpusat di Kyushu bagian utara
dicirikan pemakaian pedang atau Halberd (yaitu senjata yang digunakan pada
jaman perang), di daerah Kinai (Nara-Kyoto) menggunakan Dotako (benda perunggu
berbentuk bel/lonceng). Menurut
Wei-chih Wojen-ch’uan ada yang disebut negara Wa yang ibu kotanya di Yamatai.
Untuk mencapai negara itu dari Kyusu orang harus menempuh lima ribu li jalur pelayaran jalan satu-satunya melalui lalu lintas
laut pedalaman (Seto Naikai). Dengan kesimpulan daerah tersebut kini disebut
wilayah Nara.
Dalam bahasa Jepang kuno kaisar disebut suberagi atau suberogi, artinya
“raja yang menyatukan” (Suburu kimi). Suatu negara yang dipersatukan seperti
itu disebut (Togo kokka), karena Yamatai terdiri dari beberapa kelompok uji (ujizoku) patutlah disebut sebuah “bangsa
yang terdiri dari kelompok-kelompok uji yang
dipersatukan” (ujizoku teki togo kokka). Secara teotistis masyarakat kuno
berada di bawah kekuasaan dewa-dewa. Karena kehendak dewa-dewa itu mutlak, maka
orang yang dipakai untuk meneruskan kehendak dewa tersebut yaitu untuk
menguasai para anggota uji dan budak-budak, hanya pemimpin Uji yang mempunyai hak untuk memuji (matsuru)
dan menyampaikan (noru) kehendak dewa. Dewa pengawal pelindung uji disebut ujigami. Di
dalam Wei-chih Wojen-ch’uan bahwa “Himiko benar-benar mengetahui dunia halus
dan dapat mempesonakan orang-orang”. Pemerintahan wanita bukanlah suatu hal
yang tidak biasa pada zaman kuno, kenyataan bahwa “Ameterasu-omikami”, nenek
moyang keluarga kerajaan adalah sesungguhnya seorang dewi. Matsuri (pemujaan)
sebenarnya “melayani dewi-dewi dan mengetahui kehendak mereka.
Terdapat dua istilah yang dapat menunjukkan “menguasai” pada zaman Kuno,
yaitu, Shiru yang dimaksudkan untuk menyatakan pengawasan yang
diselenggarakan oleh anggota uji kepada
kekuasaan agama mereka, yang kedua adalah suburu yaitu suatu cara uji untuk menguasai uji yang
lain. Dalam pemerintahan
Himiko, kekuasaan untuk memerintah dipegang oleh saudara laki-lakinya. Situasi
Himiko ini sebenarnya tidaklah unik, bahkan mencerminkan kebiasaan umum pada
kalangan pemimpin uji, kebiasaan ini merupakan suatu
tradisi bahwa kaisar Jepang tidak langsung melaksanakan tugas kepemerintahan.
Penyatuan
oleh Kaisar Sujin
Himiko wafat pada pertengahan abad ketiga, kemudian digantikan oleh
seorang wanita suku Chan bernama Toyo. Yamatai mencapai kedudukan yang unggul
di antara negeri yang lain. Setelah runtuhnya dinasti Han ketiga negara yaitu
Wei, Wu, Shu saling bersengketa untuk menguasai kawasan-kawasan. Akhirnya
pengaruh Yamatai berkurang dibawah Toyo. Tak lama kemudian Yamatai diserang
dari kekuasaan dari Utara Kyusu dalam buku sejarah Jepang yaitu Nihonshoki dan Kojiki disusun dalam abad kedelapan, penguasa ini dikenal sebagai
Sujin Kaisar Jepang yang kesepuluh. Menurut
Nihon Shoki dan kojiki kaisar
pertama bernama Jinmu; Ia lah yang mengirim suatu ekpedisi dari kyushu ketimur
dan naik tahta pada tahun 660 SM. Tidaklah diragukan bahwa memang terjadi ekspedisi itu dipimpin oleh Sujin bukan Jinmu. Sebenarnya Sijun itu adalah kaisar
pertama.
“Toyosuki-iri-hime-no-mikoto”,yang dikatakan sebagai anak perempuan Sujin sebenarnmya adalah Toyo yang kalah.
“Yamato-totohi-momoso-hime-no-mikoto”, yang dikatakan sebagai bibi kaisar
adalah sangat mungkin Himiko yang telah wafat.. Bagaimanapun juga Sujin menyimpan cermin suci milik keluarga kerajaan yang
merupakan salah satu dari tiga harta pusaka kerajaan. Orang beranggapan pendekatan Sujin kekerajaan ditiru oleh tiap kaisar baru. Anak kaisar
yang kesebelas (Kaisar Suinin) yaitu “Yamato-hime-no-mikoto”, membawa cermin
kudus melalui”Omi”dan “Mino” ketepi sungai Isuzu di Ise. dan disitulah cermin
itu disimpan selama-lamanya.
Peninggalan Istana Ratu Himiko Ditemukan di Prefektur
Nara
Dewan Pendidikan Prefektur Nara Selasa mengumumkan, sejumlah ahli arkeologi telah menjelaskan bahwa menemukan peninggalan bangunan yang diduga merupakan istana yang dahulunya dihuni oleh Ratu Himiko.
Bangunan
berukuran 238 meter persegi itu ditemukan diantara reruntuhan Makimuku di kota
Sakurai, Nara. Menurut buku-buku sejarah Cina, Ratu Himiko memimpin Jepang
selama masa Kerajaan Yamatai pada awal abad ke-2, dan meninggal pada tahun 248
setelah Masehi.
4. Kofun
Zaman Kofun (古墳時代 kofun jidai) adalah salah satu zaman dalam pembagian periode sejarah Jepang yang dimulai pada pertengahan-akhir abad ke-3 sampai
sekitar abad ke-7. Pada buku sejarah tempo dulu, zaman Kofun dan zaman Asuka pernah disatukan menjadi zaman Yamato, tapi dalam buku
sejarah modern kedua zaman ini dianggap sebagai dua zaman yang terpisah. Kofun adalah makam kaisar atau bangsawan dengan tanah yang dibuat membukit yang menempati
lokasi yang berbentuk perpaduan lingkaran dan persegi empat seperti lubang kunci. Ciri khas zaman Kofun adalah
pembangunan Kofun secara terus menerus selama 300 tahun di banyak tempat di
Jepang.
Pada zaman
Kofun terjadi berkali-kali perang perebutan kekuasaan yang sengit, berbagai
macam cara kotor, tipu muslihat dan strategi digunakan untuk dapat berkuasa.
Calon penguasa yang merasa lebih kuat tanpa ragu-ragu menyingkirkan semua
penghalang termasuk membunuh saudara tiri atau saudara kandung. Pada zaman Kofun teknik irigasi untuk pengairan sawah berkembang dengan pesat.
5.
Horyuji
Kuil Horyuji adalah sebuah kuil tertua di jepang yang di
bangun pada tahun 607. Horyuji dibangun oleh pangeran shotoku untuk mendoakan
ayahnya yang sedang sakit. Horyu-ji (kuil pengembangan hukum) adalah sebuah
kuil Buddha di Ikaruga, Prefektur Nara, Jepang. Nama lengkap adalah Horyu
Gakumonji, statusnya merangkap sebagai seminari dan biara. Kuil ini awalnya
dibangun oleh Pangeran Shōtoku, pada saat itu disebut Ikaruga-dera, nama yang
masih kadang-kadang digunakan. Horyu-ji
di dedikasikan untuk Yakushi Nyorai, Sang Buddha penyembuhan dan untuk
menghormati ayah sang pangeran.
Pembagian Wilayah
Candi
ini terdiri dari dua wilayah, Sai-in di barat dan To-in di timur. Bagian barat
candi berisi Kondō (Golden Hall) dan lima pagoda candi. Untuk di daerah To-in
terdapat Yumedono Hall oktagonal (Hall of Dreams) dan duduk 122 meter sebelah
timur Sai-in. Kompleks ini juga mengandung perempat biksu, ruang kuliah, perpustakaan,
dan ruang makan.
Pagoda
Pagoda lima lantai, yang terletak di daerah Sai-in, berdiri di 32,45 meter (122 kaki) dan sekitar 20 x 20 lebar dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua di dunia. Di dasar pilar, diabadikan fragmen tulang Buddha . Walaupun pagoda bertingkat lima, tidak berfungsi seperti dulu, tetapi memungkinkan orang untuk naik di dalamnya dan menginspirasi orang dengan pandangan eksternal.
Pagoda lima lantai, yang terletak di daerah Sai-in, berdiri di 32,45 meter (122 kaki) dan sekitar 20 x 20 lebar dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua di dunia. Di dasar pilar, diabadikan fragmen tulang Buddha . Walaupun pagoda bertingkat lima, tidak berfungsi seperti dulu, tetapi memungkinkan orang untuk naik di dalamnya dan menginspirasi orang dengan pandangan eksternal.
Kondo
Kondō, terletak bersebelahan dengan Pagoda lima lantai di Sai-in, dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia. Aulanya 18,5 x 15,2 meter. Ruanganya memiliki dua lantai, dengan atap melengkung di sudut-sudut tetapi hanya cerita pertama memiliki atap ganda (裳阶mokoshi)..
Kondō, terletak bersebelahan dengan Pagoda lima lantai di Sai-in, dan merupakan salah satu bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia. Aulanya 18,5 x 15,2 meter. Ruanganya memiliki dua lantai, dengan atap melengkung di sudut-sudut tetapi hanya cerita pertama memiliki atap ganda (裳阶mokoshi)..
Yumendo
Yumedono adalah salah satu konstruksi utama dalam To-in, dibangun di atas tanah yang dulunya istana pribadi Pangeran Shōtoku's, Ikaruga Miya no. Gedung ini dibangun pada tahun 739 untuk meredakan semangat Pangeran. Aula sudah dikenal saat itu pada periode Heian, setelah sebuah legenda yang mengatakan bahwa seorang Buddha tiba sebagai Pangeran Shōtoku dan bersemedi di sebuah aula yang ada di sini.
Yumedono adalah salah satu konstruksi utama dalam To-in, dibangun di atas tanah yang dulunya istana pribadi Pangeran Shōtoku's, Ikaruga Miya no. Gedung ini dibangun pada tahun 739 untuk meredakan semangat Pangeran. Aula sudah dikenal saat itu pada periode Heian, setelah sebuah legenda yang mengatakan bahwa seorang Buddha tiba sebagai Pangeran Shōtoku dan bersemedi di sebuah aula yang ada di sini.
Taken from:
Makalah
日本史
Disusun
oleh:
Dede
Setiawan (1000999)
Dita
Sartika (1000302)
Frina
Utami (1000061)
Mustofa
(1000998)
Siti
Aisah (1001009)
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar